Pernah dengar kata ‘vaksinasi’? Yah, vaksinasi alias disuntik, merupakan momok bagi seorang anak kecil saat duduk di bangku SD dan saat ini juga merupakan momok bagi teman-teman saya yang sudah menjadi seorang Ibu. Tulisan ini memang akan sangat panjang dan terkesan membosankan, namun jika Anda mau meluangkan waktu membacanya maka beruntunglah Anda karena tulisan ini merupakan informasi gratis yang tulus dari salah seorang dokter yang tentunya melek medis dan yang masih memiliki rasa keprihatinan dengan kondisi kesehatan bangsa ini.
Suatu pagi guru saya berkeluh-kesah sebelum kami memulai rutinitas harian di bagian Ilmu Kesehatan Anak. Beliau sang profesor ahli saraf anak sangat prihatin dengan nasib anak-anak yang terlahir dari ibu-ibu Indonesia. Banyak anak Indonesia yang terlantar hak-haknya, otomatis penelantaran hak anak adalah dosa bagi orang tua. Vaksinasi adalah hak anak. Kenapa? Karena di dunia ini telah berkembang banyak bibit penyakit yang mengerikan dan hanya kekebalan tubuh yang bagus yang bisa melindungi dari penyakit-penyakit tersebut. Nah, vaksinasi akan MEMBANTU tubuh menciptakan kekebalan tersebut.
Tubuh manusia memiliki sistem kekebalan yang terdiri dari sel-sel darah putih yang akan memakan kuman bibit penyakit dan memproduksi antibodi terhadap suatu penyakit. Antibodi merupakan peluru spesial penghancur kuman bibit penyakit, dan setiap kuman membutuhkan peluru khusus yang spesifik untuknya. Antibodi atau peluru spesial ini baru akan ada jika tubuh pernah dimasuki oleh kuman-kuman tersebut (sistem imun non-spesifik/adaptif) seperti jika kita sakit. Saat ini dunia kedokteran sangat maju sehingga kuman-kuman yang dahulu mematikan atau membuat cacat yang berat telah ditemukan vaksinnya. Vaksin biasanya berisi kuman yang dilemahkan atau partikel/bagian tubuh kuman atau partikel yang menyerupai tubuh kuman sehingga jika dimasukkan ke tubuh maka tubuh akan membuat peluru spesial ‘antibodi’ dan jika suatu hari di masa depan tubuh diinfeksi oleh kuman yang sesungguhnya tubuh telah memiliki peluru spesial dan kita bisa tidak sakit atau jika sakit maka sakit yang diserita TIDAK SEPARAH jika tubuh masih lugu.
Contohnya TBC. Jika tubuh telah mendapatkan vaksin TBC secara sempurna, maka saat kita bertemu orang yang sakit TBC, kita bisa tidak sakit. Namun, karena saat ini kuman TBC telah berkembang sangat canggih (akibat resistensi pengobatan dan lingkungan yang tambah buruk) ada kemungkinan kita bisa sakit TBC namun tidak akan sampai terjadi komplikasinya seperti TBC otak, TBC tulang, TBC usus, TBC hati, TBC ginjal yang hanya diderita oleh orang yang tidak divaksinasi atau pada orang yang status kekebalan tubuhnya telah rusak (contohnya orang dengan HIV/AIDS).
Apa yang dimaksud dengan PROGRAM IMUNISASI WAJIB dan IMUNISASI YANG DIANJURKAN? Apakah imunisasi yang dianjurkan itu TIDAK PENTING?
SEMUA IMUNISASI ITU PENTING!!!!
Imunisasi wajib adalah program pemerintah. Pemerintah menyediakan imunisasi BCG untuk TBC, hepatitis B, Polio, Difteri, Tetanus, Pertusis, dan Campak. Karena program pemerintah maka imunisasi ini gratis. Semua adalah penyakit berbahaya dengan kecacatan yang sangat berat dan tentu saja sudah populer.
Lalu bagaimana dengan imunisasi yang dianjurkan yang meliputi HiB (Haemophilus influenzae B), Pneumokokus, Measles, Mumps, Rubella, Varicela (cacar air), Influenza, Tifoid, Hepatitis A?
Pemerintah kita miskin, tidak punya cukup dana untuk pengadaan vaksin-vaksin ini jadi tidak dimasukkan dalam program pemerintah. Vaksin-vaksin ini diwajibkan di negara-negara maju yang kaya karena pemerintahnya telah menyediakan untuk warga negaranya, itulah mengapa di Amerika jarang ada orang terkena cacar air atau morbili atau meningitis.
MAU TAHU AKIBAT TERBURUK DARI PENYAKITNYA?
1. HiB (Haemophilus influenzae tipe B)
Suatu hari saat saya berada di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUD Banyumas saya melihat seorang anak laki-laki yang cakep, kulitnya putih, bersih, yang masih digendong jarik oleh sang ibu meski usianya sudah 5 tahun dan si anak juga tidak tampak sakit. Saat ditanya si ibu menjawab bahwa anaknya belum bisa berjalan. ‘Kok bisa? Tampaknya kakinya normal dan sarafnya juga oke’, batin saya. Usut punya usut, saraf penglihatan anak ini rusak total karena dulu waktu kecil si anak pernah kejang akibat MENINGITIS atau radang otak jadi si anak buta. Masa depannya yang gemilang dengan menikmati indahnya dunia menjadi rusak begitu saja akibat si HiB ini!
Bakteri HiB ini akan menyerang saluran pernapasan kemudian menerobos masuk dan menginfeksi bagian tubuh lainnya seperti telinga tengah (otitis media), tulang (osteomielitis), sendi (artritis) dan meninges (meningitis).
Bakteri ini mungkin tidak begitu berbahaya bagi orang dewasa, namun jika anak < 2 tahun yang terinfeksi maka kemungkinan terjadinya meningitis yang disertai kejang-kejang, kelumpuhan anggota badan dan gangguan saraf seperti tuli serta kebutaan yang permanen! Selain itu HiB juga akan menimbulkan obstruksi (kebuntuan) saluran napas akibat epiglotitis sehingga terjadi ancaman henti napas, pneumonia (radang paru-paru), radang tulang (osteomyelitis), radang sendi (arthritis), radang bola mata (endopthalmitis), radang telinga tengah (otitis media), cellulitis.
Jangan sampai buah hati kita yang sedang lucu-lucunya dan benar-benar manjadi pelita hati menghadapi lelahnya kehidupan ini mengalami salah satu penyakit ini!
2. Pneumokokus
Streptococcus pneumonia atau Pneumokokus ini mampu menginfeksi paru-paru (pneumonia), otak (meningitis, abses otak), katup jantung (endokarditis, perikarditis), tulang, sendi, rongga perut (peritonitis), telinga, radang saluran indung telur (salpingitis) dan radang rahim (endometritis). Ternyata semua adalah penyakit mengerikan dengan kecacatan yang tak terperikan!
3. Measles
Morbili ini biasanya sangat diremehkan oleh pasien-pasien yang saya temui. Gejala penyakitnya memang hanya demam dan muncul bintik-bintik merah di tubuh, jadi fatal kah?
Jika morbili ini terjadi pada bayi, maka 1 dari 100.000 akan mengalami SUBACUTE SCLEROSING PANENCEPHALITIS (SSPE) yaitu suatu proses kerusakan otak yang progresif dan parah yang ditandai dengan deteriorisasi intelektual dan tingkah laku diikuti kejang. Gejalanya baru akan muncul 5 – 10 tahun kemudian.
4. Mumps
Mumps ini konon merupakan penyakit yang diderita pada kasus Prita vs OMNI. Virus ini ditularkan melalui udara yang tercemar sekret saluran respirasi penderita (yang tentu saja kasat mata). Jika terinfeksi Mumps virus bisa menderita radang kelenjar ludah (parotitis), meningitis, radang pankreas (pankreatitis), hingga radang testis/kelenjar zakar (orchitis) yang pada 50% kasus akan menjadi atrofi testis (testis tidak berkembang/berfungsi untuk produksi sperma) yang tentu saja merupakan masa depan yang sangat suram bagi kaum pria.
Mau? Mau? Mau?
5. Rubella
Rubella merupakan infeksi virus akut yang ditanadai dengan demam disertai bercak-bercak merah pada kulit. Rubella ini sangat berbahaya jika diderita oleh wanita hamil karena bayi yang terlahir akan terkena sindrom rubella kongenital yang terdiri dari katarak (kebutaan mata), kelainan jantung, tuli dan cacat tangan-kaki.
Pada wanita biasanya terjadi pembengkakan sendi tangan, kaki dan jari-jari. Selain itu bisa terjadi radang otak (encephalitis) dan penurunan jumlah trombosit sehingga terjadi perdarahan dalam otak atau bola mata.
6. Varicella
Varicella virus penyebab cacar air ini pada anak-anak bisa mengakibatkan gangguan pada sistem saraf pusat (aseptik meningitis, encephalitis), radang saraf, kelumpuhan otot karena Guillain-Barre syndrome dan gangguan hati akibat sindroma Reye. Selain itu virus juga bisa menyebabkan radang jantung (miokarditis), radang ginjang (nefritis, glomerulonefritis), lesi kornea mata, hepatitis dan radang paru (pneumonia).
7. Tifoid
Tifoid alias tipes yaitu sakit demam tinggi disertai nyeri perut dan kepala memang sering sekali terjadi, dan memang dianggap sepele padahal komplikasi yang timbul dari infeksi kuman Salmonella typhosa dan paratyphosa ini sangatlah banyak, seperti komplikasi intraintestinal: perforasi usus, perdarahan saluran cerna, peritonitis, sedangkan komplikasi ekstraintestinal: tifoid ensefalopati, meningitis, hepatitis tifosa, pneumonia, syok septik, pielonefritis, endokarditis, osteomielitis, artritis
Kelemahan dari vaksin-vaksin ini adalah harganya yang mahal karena belum diproyekkan oleh Pemerintah.
Beberapa orang bertanya pada saya bahwa imunisasi berbahaya karena setelah divaksin ada kejadian demam atau kejang atau sakit. Resiko memang ada dalam setiap pemberian tindakan medis, namun angka kejadiannya sangat kecil dibandingkan bahaya besar yang menghantui jika anak tidak divaksin. Apakah Anda mau berkutat pada angka kecil yang belum pasti terjadi dibandingkan keuntungan besar di depan mata? I don’t think so...
Selalu bersikap kritis pada dokter Anda, jika sang Dokter tidak memuaskan maka Anda bisa berganti pada Dokter lain yang lebih baik, dan berkompeten jangan malah berganti pada pengobatan alternatif yang belum pasti pertanggungjawaban klinisnya. >> We're doctor,not "ponari" want to treat,not to kill,. :)
*No greater opportunity, responsibility, or obligation can fall to the lot of a human being than to become a physician. In the care of the suffering, [the physician] needs technical skill, scientific knowledge, and human understanding. . . . Tact, sympathy, and understanding are expected of the physician, for the patient is no mere collection of symptoms, signs, disordered functions, damaged organs, and disturbed emotions. [The patient] is human, fearful, and hopeful, seeking relief, help, and reassurance.*
–Harrison's Principles of Internal Medicine, 1950
sumber : IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar